✧ Lima Bintang: 6. Biaya Operasi
⎙ 。
#SEMILIRDIKSI 〻
Hari-hari berlalu, tabungan semakin menumpuk. Akhirnya mereka bisa lebih santai sekarang. Tidak terasa juga, besok adalah hari festival layang-layang. Rencananya, ketika festival itu usai, besok mereka akan langsung pergi ke panti asuhan.
"Sebenarnya aku ada niat untuk melihat panti asuhan. Ada yang mau ikut?" Semua ikut mengacungkan tangan, kecuali Juna. "Aku akan persiapan untuk festival." Jaki mengangguk maklum. Setelah itu, mereka pergi kompak menuju panti asuhan yang dipimpin oleh Shashi.
"Kamu yakin jalannya ke sini?" tanya Cacha yang sedikit heran melihat Shashi seperti kebingungan. "Sebentar, kalau tidak salah kita di depan belok kanan." Shashi berjalan ke depan untuk melihat jalan. Membiarkan teman-temannya berdiam diri di belakang. "Shashi!" Puwan berteriak ketika melihat Shashi terjatuh dengan memegang rongga perut sebelah kanan. "Obat, mana obat kamu?!" Semil membantu Shashi berdiri setelah mendekat.
Cacha mengeladah tas yang dipakai oleh Shashi, berusaha mencari obat yang selalu dibawa. Ya, semenjak mereka tahu penyakit Shashi, wanita itu ternyata lebih sering merasakan rasa sakit dari yang dibayangkan. "Tidak ... Obatnya ketinggalan di Rumah," jelas Shashi lemah, air matanya keluar tanpa diundang. Meninggalkan rasa panik kepada teman-teman.
"Kita bawa ke rumah sakit saja!" seru Jaki. Semil membantu Shashi berjalan bersama Cacha. Beruntung mereka berada di pinggir kota yang terdapat klinik. Jika ke rumah sakit, sepertinya memerlukan waktu sedikit lama. Sedangkan mereka sangat khawatir pada keadaan Shashi.
Siang itu dihiasi rasa cemas. Jaki termenung semenjak dokter menyatakan perihal penyakit Shashi. Butuh operasi dan itu sangat mahal. Bahkan Semil mengatakan biar orangtuanya saja yang menanggung semua. Tapi, hal itu sangat mustahil mengingat bahwa ayahnya pernah mengusir mereka dari rumah Semil. "Apa tidak ada keluarga Shashi yang dapat dihubungi?" Semuanya menggeleng. "Tapi, aku pernah dengar dari Juna kalau Shashi tinggal dengan sepupunya," jelas Cacha.
Jaki mendekat kepada Semil, berbisik pelan yang kemudian Semil memberikan ponselnya kepada Jaki. "Aku izin ke belakang sebentar," kata Jaki. Tapi, rasa penasaran Puwan tidak bisa dibendung. Jadi, ia putuskan untuk mengikuti ke mana Jaki pergi.
Terlihat Jaki mengetik sesuatu, kemudian menempelkan ponsel Semil ke telinganya. "Ini Jaki, Bunda."
♫ ♫ ♫
"Kalian pulang saja, aku bakal di sini sebentar lagi," saran Jaki. "Tapi, yang akan tebus uang obatnya, siapa?" tanya Cacha. "Urusan itu gampang. Lebih baik kalian pulang temani Juna. Besok festivalnya?" Puwan mengangguk setuju dan mengajak Cacha pulang. Karena Semil ingin menemani Jaki.
Di sepanjang jalan, Puwan di ujung kegelisahan. Cacha yang paham dengan keadaan bertanya, "kenapa?" Puwan menghentikan langkahnya. Berpikir sejenak tentang apa yang tadi ia dengar. "Jaki, sudah berbohong selama ini."
Cacha menyatukan kedua alisnya tanda ia kurang paham. "Selama ini, kita tahu bahwa Jaki diusir dari keluarganya. That is wrong." Atlet tenis itu masih belum paham. Sedikit ragu untuk mengiyakan pernyataan Puwan.
"Aku dengar jelas kalau Jaki minta maaf karena kabur. Terus, dia minta uang." Puwan menghentikan suaranya. Terekam kembali gambaran Jaki ketika menelepon ibunya. "Taruhannya, Jaki akan kembali pada keluarganya." Cacha menelan ludahnya. Jaki bisa sekali membuat drama di antara lingkaran pertemanan. Padahal dia sendiri yang paling dewasa dan menuntut untuk saling jujur. "Jangan-jangan uang untuk?" Tanpa dilanjutkan, mereka sekarang mulai mengerti. Biaya operasi Shashi.
Bersambung ....
─────────────────
─ That is wrong: Itu salah.
─────────────────
Merinda Puwanhyf Haruan, 2020