✧ Lima Bintang: 7. Festival Kenangan
#SEMILIRDIKSI 〻
Puwan yang hadir di sana. Karena ia ingin menjadikan suasana ini sebagai pajangan di ingatan. Tak lupa sebuah kamera milik Tante Caryn ia manfaatkan untuk mengambil gambar. Karena cepat atau lambat, ia pasti akan pergi ke Swiss.
"Puwan, yang lain mana?" Gadis itu menghentikan aksinya untuk menjawab, "lagi di rumah Semil. Wait a few more minutes." Juna mengangguk lemah, berusaha menghilangkan rasa cemas.
Festival dimulai, layangan Juna terbang bebas. Orang-orang ikut bahagia, tertawa, berlarian-larian di sekitar lapangan. Menambah kemeriahan di sana. "Bayangkan itu pesawat yang kamu buat. Now, you are the pilot," kata Puwan. Tapi, Juna seperti tidak minat untuk menanggapi. Ia kecewa karena teman-temannya belum juga sampai.
"Tahu tidak alasan aku ingin jadi pilot?" Pertanyaan itu muncul dengan raut wajah yang datar. "Kenapa?" tanya Puwan kembali. "Karena itu perantara aku dengan langit. Selama ini, langit adalah saksi yang siap jujur tentang susahnya hidup. Langit tahu semua ceritaku." Juna menurunkan layangannya. Membiarkan semua alat dan bahan di atas tanah. "Kita ke rumah Semil," katanya.
Sejak tadi Juna memasang raut tidak enak. Sangat khawatir. Saat mereka sampai di depan rumah Semil, terlihat sebuah mobil berwarna abu-abu sedang parkir di sana. Juna masuk ke dalam halaman Semil disusul Puwan. Orang asing di sana beserta teman-temannya seperti sedang perang. Terutama Jaki yang terus bersuara, tidak biasa.
"Kasih aku waktu, Bun. Sebentar lagi," pinta Jaki kepada seorang wanita di sana. "Bunda tidak izinkan kamu untuk kasih uang ke dia! Kamu gak sadar? Kamu dimanfaatkan!" Wanita itu menunjuk seseorang kembali. "Kak Hani?" gumam Juna mengikuti arah tunjukkan. "Sepupu Shashi," lanjut Juna yang tahu pikiran Puwan.
Wanita bernama Hani itu terkejut bersamaan air matanya yang terus keluar. Puwan mendekat kepada Cacha. Menariknya sedikit jauh dari kawasan itu. "Cacha, kenapa Kak Hani ke sini?" tanya Juna to the point.
"Wanita yang terlihat dewasa itu ibunya Jaki. Dia datang untuk menjemput Jaki. Dan benar cerita Puwan kemarin. Setelah Jaki mendapatkan uang untuk operasi Shashi, sebagai gantinya Jaki harus pulang," kata Cacha. Ia menarik nafasnya dulu sesaat agar lebih tenang.
"Bertepatan itu, Kak Hani datang meminta uang lebih untuk pengobatan Shashi. Padahal uang kemarin yang diberi Jaki itu sangat lebih. Ibunya Jaki tentu menolak keras. Dan curiga kalau Kak Hani itu penipu," lanjutnya. "Bahkan aku dan Semil yang paling menonjol ketika ada adu mulut seperti ini, kami hanya diam saja. Tidak tahu harus berkata apa." Tangan Cacha terangkat, menepuk pundak Juna. "Maaf ya, tadi tidak bisa datang."
Juna menggeleng kepala dihiasi wajahnya yang memerah menahan air mata. "Enggak, festival tidak penting. Tapi, persahabatan kita ini sedang genting." Berucap seperti itu, Cacha dan Puwan sangat tahu bagaimana hati Juna sekarang. Biarkan festival itu terlewatkan untuk ikatan persahabatan.
Bersambung ....
─────────────────
─ Wait a few more minutes: Tunggu beberapa menit lagi.
─ Now, you are the pilot: Sekarang kamu pilotnya.
─────────────────
Merinda Puwanhyf Haruan, 2020