✧ Lima Bintang: 3. Kecewa


⎙ 。
                                           
                       #SEMILIRDIKSI 〻

Sore itu sedikit mengabu. Seperti tahu warna hati anak-anak yang sedang diambang pilu. Kecewa karena apa yang terjadi pada ikatan. Cacha masih terdiam di teras rumah Semil, tidak berniat masuk karena diselimuti kekecewaan.

Jaki mengayuh roda dan datang dengan peluh. Sudah memperbaiki sepeda anak tetangga, disambut dengan suasana tidak bahagia. "Cacha masih marah sama Semil." Juna menundukkan kepalanya. Rasanya pahatan persahabatan itu sudah tersayat oleh tangan sendiri. "Lebih baik kita biarkan Cacha sendiri dulu sejenak. Sekarang, di mana Semil?" Shashi yang baru saja datang membuatkan minuman itu menjawab, "aku lihat dia masuk ke dalam kamar."

"Let's note first about today's expenses. For plans, kita ubah saja jangan berjualan di sekolah." Semua mengangguk setuju dengan saran Puwan. Kemudian, mencatat berapa arus pengeluaran hari ini.

Dapat dilihat, Cacha sudah pergi dari rumah Semil. Semua sudah tahu kemana anak itu beranjak untuk menghilangkan penat.

"Sebenarnya aku ingin mengikuti festival layang-layang di kampung. Kalian jangan lupa datang ya!" ucap Juna. "Kami pasti datang, tapi kamu harus buat layangan yang bagus sekali!" Shashi mengepal tangan di udara. Hal itu memberi rasa semangat pada teman-teman di sana. 

Semua berpamitan hendak pulang. Kecuali Jaki karena ia menginap di rumah Semil. Juna berjalan bersama Puwan dan Shashi melawan gerak awan. Sesekali Juna mengambil kardus bekas yang terdampar di tepi jalan. 

"Untuk dijual, Jun?" tanya Puwan. "Aku lagi suka buat miniatur pesawat, Wan." Siapa yang tidak kagum kepada Juna? Remaja hebat selalu bersemangat. Dengan keadaan ekonomi yang tipis, api untuk mencapai langit tidak pernah habis. Pilot masa depan Indonesia. Iya, dia seorang pilot untuk keluarga dan temannya juga.

"Kamu selalu mendapatkan dukungan dari keluarga. Huft, i'm very jealous," ucap Puwan. "Menjadi astronot dari keluarga seniman sangat menabrak. Dad always push me to become number one violist. So, aku kabur ke rumah Emak dari Swiss."

"Tapi, kalau bukan karena biola itu, kamu gak bisa ngamen, Puw. Juga kamu bisa membantu kita karena biola itu," ucap Shashi yang disetujui oleh Juna. Ketika mereka sedang menyusur jalan, terlihat di lapangan seseorang yang dikenal. 

"Cacha!" Wanita itu berhenti melempar bola tenis ke sebuah pohon. Di bawah rintik hujan kecil, bisa mereka lihat mata merah berjejak air mata di muka. Shashi berlari dan memeluk Cacha, membuat tangis semakin pecah.

"Aku benci sama diri aku ...." Juna mengusap punggung Cacha setelah kata-kata itu terucap. Puwan ikut mendekap. "Sudah, tidak apa-apa."

Tersekat kedinginan yang disapu angin. Mereka bercerita tentang jati yang harus diurus. Saling menerima dan memperbaiki kekurangan. Bermodal payung kardus membuat rasa jadi teduh, di tengah rintikan hujan.

Bersambung ....


─────────────────

─ Let's note first about today's expensesFor plans: Mari kita perhatikan dulu tentang pengeluaran hari ini. Untuk rencana.

I'm very jealous: Aku sangat iri.

Dad always push me to become number one violist: Ayah selalu mendorongku untuk menjadi pemain biola nomor satu.

Violist: Pemain biola.

─────────────────


        Merinda Puwanhyf Haruan, 2020

Postingan populer dari blog ini

Kampung Katai

✧ Lima Bintang: Awalan

✧ Lima Bintang: 6. Biaya Operasi