✧ Lima Bintang: 5. Narasi Hidup
⎙ 。
#SEMILIRDIKSI 〻
"Maaf kalau selama ini, aku merepotkan. Terutama Semil, kalau keluargaku masih mau menerima, aku pasti gak bakal tinggal di rumah kamu. Dan pasti gak bakal ketemu kalian," kata Jaki. Terdengar tulus suara dari lubuk hati. "Kamu merasa beruntung diusir keluarga?" Juna bertanya. "Bu-bukan begitu, aku hanya mengambil sisi positifnya. Tuhan masih sayang, aku ditinggal keluarga, tapi dipertemukan dengan teman seperti kalian. Aku selalu optimis," jelasnya.
Cacha menghela nafas panjang, seakan masalah hidupnya bisa keluar secara perlahan. Ia ikut berkata, "maaf juga ... Sifat aku yang terlalu gampang marah sampai kalian tidak ... Suka." Shashi mengelus rambut panjang Cacha, ia tersenyum dan menimpali, "kita beruntung. Kalau tidak ada kamu, preman waktu di pasar mungkin sudah ambil uang kita." Semuanya ikut tertawa ketika mengingat dengan garangnya Cacha melawan preman pasar. "Yes, you are our hero,"
"Sekarang, aku ingin cerita!" Juna dengan semangat mengacungkan tangan. Terlalu antusias. "Aku mohon kepada kalian, bantu aku untuk mencapai langit." Semuanya mengangguk setuju. Sudah tugas sebagai teman untuk saling membantu.
"Sekarang, bagaimana Semil?" Orang yang ditanya sedikit terkejut. Pikiran ada pada saat orangtuanya sibuk bekerja. "Aku bangga kepada keluargaku. Aku sayang mereka, bukan uang mereka. Ha ... Aku berusaha untuk menghargai pekerjaan mereka, mungkin ini cara mereka untuk mencintaiku. Yha, sedikit berbeda dari orang lain." Cacha sebagai musuh membuka mulut tidak percaya kenapa Semil bisa setulus ini. "Kamu dukung mereka ya. Do'akan yang terbaik," ujar Cacha menenangkan Semil.
"Sepertinya aku anak paling durhaka di sini." Puwan menghapus air matanya yang keluar. Melihat sebagian teman-temannya yang tidak bisa menerima rasa cinta dari orangtuanya. Terutama Shashi, dia anak yatim piatu. "Kamu tidak durhaka. Hanya caramu berbeda untuk menunjukkan bahwa kamu istimewa. Kejar bintang. Saat itu, orang tua kamu akan percaya bahwa kamu hebat," nasihat Jaki. Puwan mengangguk, ia harus menerima pendapat dari orangtuanya.
"The rain has stopped. Kita pulang?" Langit sudah cerah di ujung barat. Rasa hangat sudah menyapa. Semil dan Juna membantu Jaki agar bisa naik ke kursi roda. Kemudian, mereka berencana mencari kardus lagi untuk membantu Juna.
♫ ♫ ♫
Puwan sampai ke dalam rumah. Hari ini senang sekali bisa berkumpul dengan teman-teman. Ia masuk ke dalam. Sedikit heran karena Emak tidak ada. Tapi, sebuah pintu menarik perhatian. Terlihat jelas Tante Caryn sedang melukis. "Emak mana?" Puwan duduk di salah satu kursi di sana.
"Ambil jahitan dulu, Puwan sudah makan?" Pertanyaan itu ditanggapi sebuah gelengan dari Puwan. Tanpa mengalihkan perhatian dari kanvas, Tante Caryn berkata, "makan dulu. There's something we need to talk about." Puwan menjawab, "why not now? Nanti aku akan mengerjakan tugas sekolah."
Tante Caryn menghela nafas sejenak. Menyimpan kuas dan palet di meja sebelahnya. Tatapannya menembus penglihatan Puwan. "Cepat pulang ke Swiss. Ayahmu tadi memaksa terus di telepon."
Bersambung ....
─────────────────
─ Yes, you are our hero: Ya, kamu pahlawan kami.
─ The rain has stopped: Hujan sudah berhenti.
─ There's something we need to talk about: Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan.
─ Why not now?: Kenapa tidak sekarang?
─────────────────
Merinda Puwanhyf Haruan, 2020