✧ Lima Bintang: 12. Sisa Perasaan (END)
⎙ 。
#SEMILIRDIKSI 〻
Bagaimana kalau aku jatuh?
Awan-awan tebal memberi tempat duduk bagi pesawat. Sanggupkah untuk menangkap Puwan kalau terjun dari sini? Semoga banyak burung yang tertabrak. Semoga langit menjadi gelap dan terhuyung ombak langit. Membuat pesawat harus melakukan pendaratan darurat. Puwan tidak rela untuk meninggalkan Indonesia.
Kenyataannya sangat berbeda. Selalu cerah. Sangat damai di sana. Biasanya ia akan semangat karena bisa melihat biru lebih jelas. Tapi, bintangnya tertinggal di sana. Sangat jauh. Ia tidak senang.
♫
Uang sudah bertumpuk. Laci kecil itu bahkan tidak cukup menampungnya. Cacha yakin mereka kesesakan. Sesak yang membuat ia bersyukur. Tapi, ini semua seperti ada yang kosong.
Jualannya lancar. Beras-beras Nenek sudah menipis. Biasanya setelah ini Cacha akan menemani Puwan mengamen di jalan. Apakah penonton setia di sana akan bertanya-tanya? Ke mana gadis biola itu?
Kemudian Cacha akan membantu Juna mencari sampah kering. Untuk dikilokan yang mendapat keuntungan. Sekarang Cacha harus menyesuaikan kembali jadwalnya.
♫
Terik matahari di atas lautan lebih sengat. Jaki memakai kacamatanya. Pantas Juna ingin menjadi pilot. Di atas seperti menenangkan. Tenggelam dalam luasnya langit. Awan itu sebagai perahu. Burung-burung adalah ikan. Sangat sempurna.
Sebuah benda melayang di sana. Sebuah pesawat. Entah ke mana tujuannya. Seperti kapal ini. Sekarang, Jaki memiliki kebebasan, kekuasaan. Ia bisa dengan mudah meminta ibunya membelikan kapal baru. Bahkan tidak lama kapalnya sudah disediakan.
Teringat saat dulu ia kecelakaan dan tidak bisa berjalan. Ia lebih memilih kabur dari rumah sakit karena tidak ingin dijadikan penerus perusahaan ibunya. Ternyata ia bertemu mereka. Bukan teman manja, apalagi mata duitan.
Jaki tidak bisa membenarkan sepeda anak tetangga lagi. Tidak bisa tertawa bersama di teras rumah Semil. Butuh waktu berapa lagi untuk kita bisa bersatu?
♫
Juna menatap langit. Pesawat itu terbang. Andaikan aku yang menjadi pilotnya. Baiklah, dia sudah fokus lagi mencari kardus-kardus bekas di sekitar jalan. Ia pernah janji membuat pesawat kepada adiknya. Biarlah hari ini ia tidak dapat uang, yang penting pesawat itu bisa jadi.
Teman-temannya mungkin sedang bahagia sekarang. Berharap seperti itu karena pikiran Juna dipenuhi mereka. Melayang jauh saat mereka membuka pintu untuk Juna. Ketika ia kehujanan saat mencari sampah, saat itu teman-temannya mengajak berteduh di rumah Semil.
Semoga mereka bisa berkumpul kembali. Saat Juna sudah memakai pakaian pilot dengan gagah. Dan teman-temannya membawa bukti kesuksesan yang dipunya.
♫
Senja sudah menyapa lewat jendela rumah sakit. Siluet Shashi sedang duduk di ranjang, menikmati hangat matahari. Rasa sakitnya perlahan menghilang. Sembuhnya butuh pengorbanan. Teman-temannya menghilang.
Percuma Shashi sembuh bila mereka tidak bersama. Lebih baik aku mati tapi mereka masih bersama. Ah tidak. Harusnya Shashi bersyukur, kan? Ia harus menghargai perjuangan mereka.
Surat dari Jaki tanpa sadar ia remas. Tidak sanggup untuk membaca. Tapi tak mengapa. Ia ingat masih mempunyai yang lain, walau tanpa Puwan dan Jaki.
♫
Semil berjalan menuju sawah. Orangtuanya tidak pulang selama satu bulan. Hari ini mereka akan datang. Semil harus melihat perkembangan sawahnya dahulu. Semua berjalan lancar. Cuaca sore hari memang menyejukkan. Semil berjalan ke kebun penuh ilalang. Anginnya lebih besar.
Para petani sedang istirahat sejenak. Beberapa dari mereka ada yang sudah pulang. Ada yang sibuk mengangkut beberapa hasil panen untuk disimpan.
Kenapa dunia seperti bahagia dengan perpisahan kita?
Semil memanggil para petani yang sedang istirahat di saung. Memberi mereka uang lebih. Ia juga harus bahagia, pura-pura bahagia tentunya.
TAMAT
Merinda Puwanhyf Haruan, 2020